Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2018

Kepompong menjadi Kupu-kupu

Ketika kepompong gagal menjadi kupu-kupu,  Semua psti tau Bhwa ia sendiri tidak mampu untuk berkembang dgn sempurna Ketika kepompong gagal menjadi kupu-kupu,  Semua pst tau Bahwa ia tak akan terlihat lbh cntik layakny kupu2 lain Ketika  kepompong gagal menjadi kupu-kupu,  Semua pasti tau Bahwa ia sdh tak bisa menjadi serangga seutuhnya lagi Ketika  kepompong gagal menjadi kupu-kupu Semua pasti tau Bahwa ia akan terus diejek bhwa diriny tetaplah tidak bersahaja Tapi, Ketika  kepompong gagal menjadi kupu-kupu, Tidak bnyk yg tau Bahwa ia telah berusaha keras untuk terlihat seperti serangga lainnya Ketika  kepompong gagal menjadi kupu-kupu, Tidak bnyk yg tau Bahwa ia telah melewati 2 fase sulit sebelumnya Ketika  kepompong gagal menjadi kupu-kupu, Tidak bnyk yg tau Bahwa ini adalah perjuangan terakhirnya tapi tetap dijudge bahwa ia tak pernah berjuang melawan diriny sendiri Ketika  kepompong gagal menjadi kupu-kupu, Tidak bnyk yg tau Bahwa angin, air, tanah ataupun

CeMar (Cerita Merauke) : Pertama Kali Merantau ke Ujung Timur Indonesia

Atas: Ikon kota Merauke Lingkaran Brawijaya (Libra), Bawah: Mesjid Raya Merauke Salam dari ujung timur Indonesia. Ya, Papua. Apa yang terpikirkan dibenak kamu saat mendengar kata ‘Papua’? Kulit hitam, rambut keriting, cuaca panas, mahalnya bahan-bahan pokok, rusuh, dan masih banyak lagi kan ? Setidaknya ada salah satu dari kata tersebut yang terbersit di pikiran Anda. Benar tidak ? Hahaha Ya, sayapun demikian. Apalagi saat membaca SK bahwa saya mendapatkan penempatan di Merauke. Merauke guyyys ??. Shock ? Ya. Sedih ? Ya. Nangis? Jangan ditanyakan lagi. Kenapa bisa shock, sedih, dan nangis ?? Ya, karena ketika mendengar kata Papua, apalgi ujung timur Indonesia, pasti orang-orang akan memberikan kesan yang buruk bagi saya. “Hati-hati di sana ya, nanti dibusur”, “Wihh, mahal-mahal itu disana apa-apa”, “Dehh, jauhmu pergii”, “Wah, nanti ko balik kulitmu sudah eksotis”, “Adaji sinyal disana?”. Entah kenapa jarang-jaran