Skip to main content

Seleksi PPAN Makassar : Belum rejeki tapi mengajarkan saya banyak hal didalamnya



            Ada banyak pengalaman baru yang saya dapatkan selama proses seleksi PPAN kemarin. Mulai dari tahap pertama (2015), saya mulai mengumpulkan beberapa berkas yang telah ditentukan. Kebetulan, hari itu bertepatan dengan salah satu jadwal final saya. Pengumpulan berkas dan tes tertulis dimulai pukul 10:00, begitupun dengan jadwal finalku. Saya harus memilih salah satunya. Saya mulai bingung dan berpikir, bagaimana saya dapat menyelesaikan keduanya tanpa ada yang terkorbankan. Akhirnya saya lebih memilih untuk mengikuti final. Karena saya menyadari, kuliah tetaplah yang utama. Namun, karena saya juga ingin mengikuti selesksi PPAN, akhirnya saya menyelesaikan final dengan waktu yang sangat cepat. Saat saya mengumpulkan jawaban finalku, teman-teman yang lain masih sangat sibuk untuk menulis, mungkin mereka berfikir saya tau semua jawabannya padahal tidak. Hehehhe.. Akhirnya saya sampai di tempat seleksi hampir pukul 12 siang dan mulai mengumpulkan berkas. Saat itu,  gelombangku adalah gelombang yang terakhir. Alhasil saya menunggu cukup lama. Karena sudah masuk waktu dzuhur dan saatnya untuk makan siang, maka panitia memberikan kami waktu istirahat selama 30 menit. Saya mengingat kembali, ternyata saya mempunyai jadwal mengajar hari itu juga pukul 03:00 di sudiang. Padahal waktu sudah menunjukkan hampir pukul 14:00 dan saya belum melakukan tes apapun. Saya mencoba untuk mencari pengganti tutor yang lain, tapi ternyata semua mempunyai kesibukan masing-masing. Alhasil saya menjadi panik dan tidak fokus. Kembali saya dihadapkan untuk memilih diantara dua pilihan yang sangat berat.

            Saya mulai melakukan tes tertulis pukul 14:00, soalnya cukup mudah karena hanya menyangkut tentang diri kita, yang membuatnya lama adalah semua harus dilkaukan dalam Bahasa inggris. Akhirnya tes tertulis pun saya selesaikan dalam waktu 15 menit dengan waktu yang diberikan sebenarnya adalah 30 menit. Saya pikirnya tes ini hanya untuk mengumpulkan berkas dan tes tertulis saja, ternyata masih ada satu tes lagi, yaitu interview. Sebenarnya sesi interviewnya sangat singkat, tapi menunggunya itu looooh.  Waktu sudah menunjukkan pukul 15:00 dan seharusnya saya sudah berada di tempat bimbingan untuk menjalankan tanggung jawab saya sebagai pengajar. Namun, mengingat satu tes lagi tersisa, sayapun menunggu panggilan wawancara. Namaku mulai terdengar dari seorang panitia. Saya masuk membawa berkas yang telah kupersiapkan sebelumnya, duduk di ruang interview, dimana ada beberapa panitia yang melakukan interview juga di tempat yang berbeda. Muncullah seorang kakak panitia yang akan meng-interview saya. Panitia itu bahkan sudah membereskan semua berkas-berkas yang ada karena mengira sudah tidak ada peserta lagi. Akhinya interview saya selesai pada pukul 15:30 dan saya sudah terlambat mengajar 30 menit. Namun, untungnya ada salah satu tutor yang bersiap menggantikan saya, ia juga ikut seleksi PPAN ini, bedanya dia lebih cepat selesai disbanding saya.
            Seleksi tahap pertama sudah selesai, dan semua kegiatan tak ada yang terlewatkan. Tinggal menunggu pengumuman. Pengumumannya juga sangat cepat. Tepat malam hari saat itu juga. Saya pun mengecek email yang muncul, ternayata ada inbox baru dari pcmi sulsel dan menyatakan saya lulus seleksi tahap pertama dan wajib untuk mengikuti seleksi selanjutnya. Kami sebagai peserta diharapkan untuk membawa penunjang seleksi di tahap berikutnya untuk tes seni dan kebudayaan. Melihat kata itu, saya semakin down, seni apa yang dapat saya tampilkan. Untungnya, kami diberi waktu satu hari untuk rehat sejenak. Saya beripikir sangat keras, apa yang seharusnya saya tampilkan untuk seni & kebudayaan. Menari ? saya tidak terlalu mahir, terakhir kali saya menari itu saat waktu SMA, itupun karena tugas seni hehe. Menyanyi ? suara pas-pasan. Aah, pusing jadinya. Sebenarnya saya ingin bela diri kempo. Tapi, saya sudah mulai lupa teknik-tekniknya. Saya mulai menghubungi kak Imma, yang juga merupakan tutor dan lulus seleksi tahap pertama. Kebetulan kami memilih negara yang berbeda, jadi kami tidak saling bersaing hehehe. Kamipun latihan menari bersama.
            Kebetulan pekan itu adalah minggu final di kampus saya. jadi, fokus saya mulai terbagi-bagi. Kami terpilih 20 orang untuk maju ke tahap selanjutnya. Dengan pertimbangan yang sangat lama, akhirnya tarian dan nyayian yang akan saya tampilkan. Saya mulai latihan pukul 14:00, seharusnya saya juga mempunyai jadwal mengajar pukul 15:00, tapi untung saja ada tutor yang dapat menggantikan saya. Krena latihan ini adalah latihan perdana saya, dan saya juga belum pernah melakukan tarian ini sebelumnya, jadi gerakan saya masih kaku dan kaki saya mulai pegal-pegal. Wajarlah, karena saat itu saya juga lupa untuk pemanasan sebelumnya dan non-stop latihan selama 2-3 jam. Setelah itu, saya mulai melanjtkan amanah saya untuk mengajar pukul setengah enam. Betul-betul hari itu adalah hari yang cukup melelahkan tapi menyenangkan. Saya merasa hari itu benar-benar hari produktif saya J
            Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, saya tiba di tempat seleksi sebelum pukul 08:00. Persiapan saya cukup matang untuk melakukukan tarian. Sebelum melakukan tes, kami diberi formulir untuk diisi, dan ternyata tes saat itu bukan hanya seni dan kebudayaan, tapi juga pengetahuan umum, agama/psikotes dan komunikasi Bahasa inggris. Sungguh, panitia pcmi ini selalu membuat saya surprise dengan tidak adanya pemberitahuan untuk beberapa tes lainnya. Mungkin di sinilah tantangan kami sebagai peserta PPAN bahwa perjalanan kami tidak semudah menginjakkan kaki dari satu tempat ke tampat lain. Kami terbagi menjadi empat kelompok.
            Tahap demi tahap kulalui, pertama dimulai dari tes bahasa inggris. Pada tes ini kita hanya diinterview sekedar perkenalan diri saja dan alasan mengapa mengikuti tes ini. Tes saya saat itu mungkin hanya sekitar 5-10 menit. Selanjutnya adalah tes seni. Ya, berdasarkan latihan saya sebelumnya, saya pun mulai mengganti pakaian adat kemudian menari dan menyanyi, namun kakak panitia menawarkan saya untuk menampilkan bakat saya yang lainnya. Akhirnya, saya mulai menunjukkan kebolehan saya dalam melakukan bela diri kempo, walaupun saya sudah lupa sedikit sih. Dan saya juga ditawarkan untuk memperkenalkan wisata di Sulawesi Selatan dalam bahasa inggris. Sungguh, spontanitas itu muncul dan saya pun tidak tau apa yang saya jelaskan hahaha. Tahap ketiga adalah tes organisasi. Saya tidak sendiri, saya itu saya masuk bersama satu kakak yang lain. mungkin karena waktu sudah mepet, jadi kami masuknya berdua. Fokus tesnya lebih ke organisasi yang kita ikuti. Dan yang terakhir adalah tes wawasan/kebudayaan. Lumayan, sampai pada tahap itu, waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Karena kami adalah kelompok yang terakhir dan waktu sudah larut, maka satu kali masuk itu bisa sampai 5 atau 6 orang. Dan pertanyaan yang muncul juga hanya 2 pertanyaan kalau tidak salah. Pertanyaannya itu, mengenai bagaimana menurutmu negara Indonesia dan apa yang dapat menarik perhatian orang-orang agar dapat berkunjung ke Indonesia.
            Yaps, cerita diatas mungkin hanya secuil dari beberapa hari tes saya mengikuti PPAN. Saya hanya ingin berbagi atas pertanyaan kawan-kawan mengenai bagaimana tes PPAN regional Makassar itu sendiri. Walaupun saya belum beruntung untuk lolos hingga terpilih menjadi duta PPAN. Tapi, ada banyak pelajaran yang dapat saya ambil hikmahnya. Mulai dari manajemen waktu, disiplin, perluas pertemanan, melatih kemampuan diri karena hampir semuanya serba spontanitas. Jadi, bagi yang sudah membaca ini dan ingin mengikuti seleksi PPAN, yaa beruntunglah bisa ada persiapan sebelumya untuk mengikuti berbagai tes tersebut. Tapi, saya tidak bisa menjamin apakah sisitem tes seperti itu akan terus dilakukan atau ada  perubahan karena saya belum menjadi bagian dari pcmi Sulsel hahaha. Soon yaa
            Semangaat, intinya just be your self, dan para penilai akan lebih menilai dari kepribadian anda dan mungkin juga lebih ke bakat seni Anda karena kalian akan memperkenalkan Indonesia ketika mengikuti PPAN ini. Semoga bermanfaat J

Comments

Popular posts from this blog

(Resensi) Novel Senja & Pagi - Alffy Rev & Linka Angelia

Cover buku 'Senja & Pagi' Penulis                        : Alffy Rev & Linka Angelia Penerbit                       : Loveable x Bhumi Anoma Penyunting                  : Dana Sudartoyo Pendesain Sampul       : Adji Waseso & Wirawinata Penata Letak                : DewickeyR Ukuran                         : 13 x 19 cm Jumlah Halaman          : 200 halaman Jilid                              : soft cover ISBN                            : 978-623-7211-00-6 Tahun Terbit                 : April 2019 "Katanya, rindu itu berat. Tapi bagi saya, 'rindu' itu tanggung jawab besar. Harga sejati yang harus dibayar untuk mengungkapkan kerinduan adalah menghalalkanmu"- Alffy Rev. Ketika dua sejoli mempunyai background yang sangat berbeda. Satu fokusnya di musik, satunya seprti anak seumuran lainnya mengikuti jenjang pendidikn, kuliah dan kerja. Namun, suatu ketika dipertemukan dalam satu projek yang sama untuk menemukan sosok pag

RESENSI BUKU "REACH YOUR DREAMS" WIRDA MANSUR

Allah Dulu, Allah Lagi, Allah Terus Keluarga Tak Akan Pernah Tergantikan When Someone Hates You  How to be a good teenager Raih Dunia Lewat Alquran  Beberapa poin di atas adalah gambaran isi dari buku penulis Wirda Mansur ini. Bagaimana seorang remaja  yang dimasa kecilnya justru memutuskan untuk tidak melanjutkan bangku sekolah di tingkat SMP. Wirda berkeyakinan untuk menjadi seorang penghafal Qur'an di usia dini. Namun, siapa yang menyangka bahwa awal mula Wirda memutuskan untuk berhenti sekolah sebenarnya adalah karena mata kuliah matematika yang sangat menyusahkan. Wirda berkeyakinan bahwa hal tersebut adalah keputusan yang tepat. If there is a dream, there is a life. Lewat buku ini, Wirda berbagi semangat kepada pembaca untuk selalu percaya bahwa akan ada selalu jalan untuk impian, bahwa jalan impian tidak harus selalu mahal. Bahkan GRATIS! "Raih Dunia lewat Alquran". Itu prinspnya.

Resensi Anak Rantau

Penulis                        : Ahmad Fuadi Penerbit                       : PT. Falcon Penyunting                  : Edy Sembodo Ilustrasi Sampul          : Rio Sabda Ilustrasi Peta                : Hadi Santoso Ukuran                         : 14 x 20.5 cm Jumlah Halaman          : 382 halaman Jilid                              : soft cover ISBN                            : 978-602-60514-9-3 Tahun Terbit                 : Juli 2017