Beberapa
hari yang lalu, aku diberi kesempatan untuk menjadi seorang tutor di salah satu bimbingan belajar di Makassar. Kebetulan, kelas perdana yang aku dapatkan adalah kelas 3 dan 4 SD. Kelas yang telah kubayangkan sebelumnya akan bagaimana suasana dan keadaanku nantinya. Untuk pertama kali, aku membuka pintu dengan mengucapkan salam dengan volume yang tidak terlalu besar. Ketika saya mulai memasuki ruangan tersebut, saya mendapatkan suasana yang telah kupikirkan sebelumnya. Chaos.
Suasana sudah mulai tak beraturan, akupun masuk ke kelas dengan mengucapkan salam tapi tak ada satupun anak yang menjawab karena keasyikannya bermain satu sama lain. Ketika aku menyuruhnya untuk tenang, anak-anak itu malah semakin menjadi-jadi, ada yang berlari-larian, saling memukul satu, keluar dari kelas, bahkan ada yang sering mematikan lampu kelas. Saat saya memulai proses belajar mengajar, hanya satu dua orang saja yang memperhatikan. Sedangkan yang lain, asik bermain bahkan ada yang berkelahi dengan teman sekelasnya sendiri. Saat ada yang keluar dari ruangan, saya berusaha mengejarnya dan mencoba untuk menyuruhnya masuk ke ruangan, namun hal tersebut sangat sulit terjadi. Setelah ada yang masuk, eh yang lain malah keluar. Batin saya berkata,“kini saya merasakan apa yang guru saya selama ini rasakan, inipun hanya berjalan satu jam. Sedangkan guruku dulu hingga bertahun-bertahun mengajarkan kami beberapa mata pelajaran dengan kondisi yang sama seperti kelakuan anak-anak tadi”. Setelah selesai mengajar, saya bisa memetik hikmah di pengalaman pertama saya yang sangat berkesan ini, bahwa tidak mudah ternyata menyampaikan ilmu kepada orang lain, terutama kepada anak kecil yang masih polos dan masih bergantung pada keadaan mood mereka. Saya menyadari, dulu saya juga pernah menjadi seperti anak-anak tersebut yang tidak memperhatikan di kelas, dan betapa mengecewakannya bagi seorang guru jika ilmu yang kita sampaikan tidak sepenuhnya tersalurkan kepada orang yang kita ajarkan selain itu kesabaran kitapun dilatih dalam mengahadapi suasana seperti keadaan tersebut. Tapi, selama kita enjoy dalam menjalaninya dan berpikir bahwa kembali mengenai tujuan utamaku, aku ingin berbagi ilmu dan mencari pengalaman baru. insyaAllah, hal yang kita rasakan sangat berat, akan terasa ringan untuk dijalani.
Suasana sudah mulai tak beraturan, akupun masuk ke kelas dengan mengucapkan salam tapi tak ada satupun anak yang menjawab karena keasyikannya bermain satu sama lain. Ketika aku menyuruhnya untuk tenang, anak-anak itu malah semakin menjadi-jadi, ada yang berlari-larian, saling memukul satu, keluar dari kelas, bahkan ada yang sering mematikan lampu kelas. Saat saya memulai proses belajar mengajar, hanya satu dua orang saja yang memperhatikan. Sedangkan yang lain, asik bermain bahkan ada yang berkelahi dengan teman sekelasnya sendiri. Saat ada yang keluar dari ruangan, saya berusaha mengejarnya dan mencoba untuk menyuruhnya masuk ke ruangan, namun hal tersebut sangat sulit terjadi. Setelah ada yang masuk, eh yang lain malah keluar. Batin saya berkata,“kini saya merasakan apa yang guru saya selama ini rasakan, inipun hanya berjalan satu jam. Sedangkan guruku dulu hingga bertahun-bertahun mengajarkan kami beberapa mata pelajaran dengan kondisi yang sama seperti kelakuan anak-anak tadi”. Setelah selesai mengajar, saya bisa memetik hikmah di pengalaman pertama saya yang sangat berkesan ini, bahwa tidak mudah ternyata menyampaikan ilmu kepada orang lain, terutama kepada anak kecil yang masih polos dan masih bergantung pada keadaan mood mereka. Saya menyadari, dulu saya juga pernah menjadi seperti anak-anak tersebut yang tidak memperhatikan di kelas, dan betapa mengecewakannya bagi seorang guru jika ilmu yang kita sampaikan tidak sepenuhnya tersalurkan kepada orang yang kita ajarkan selain itu kesabaran kitapun dilatih dalam mengahadapi suasana seperti keadaan tersebut. Tapi, selama kita enjoy dalam menjalaninya dan berpikir bahwa kembali mengenai tujuan utamaku, aku ingin berbagi ilmu dan mencari pengalaman baru. insyaAllah, hal yang kita rasakan sangat berat, akan terasa ringan untuk dijalani.
Mei 2014
Fahmiyah
Fahmiyah
Comments
Post a Comment