Atas: Ikon kota Merauke Lingkaran Brawijaya (Libra), Bawah: Mesjid Raya Merauke |
Salam dari ujung timur Indonesia. Ya, Papua.
Apa yang terpikirkan dibenak kamu saat mendengar kata ‘Papua’? Kulit hitam,
rambut keriting, cuaca panas, mahalnya bahan-bahan pokok, rusuh, dan masih
banyak lagi kan ? Setidaknya ada salah satu dari kata tersebut yang terbersit
di pikiran Anda. Benar tidak ? Hahaha
Ya, sayapun demikian. Apalagi saat membaca SK
bahwa saya mendapatkan penempatan di Merauke. Merauke guyyys ??.
Shock ? Ya. Sedih ? Ya. Nangis? Jangan
ditanyakan lagi.
Kenapa bisa shock, sedih, dan nangis ?? Ya,
karena ketika mendengar kata Papua, apalgi ujung timur Indonesia, pasti
orang-orang akan memberikan kesan yang buruk bagi saya. “Hati-hati di sana ya,
nanti dibusur”, “Wihh, mahal-mahal itu disana apa-apa”, “Dehh, jauhmu pergii”,
“Wah, nanti ko balik kulitmu sudah eksotis”, “Adaji sinyal disana?”. Entah
kenapa jarang-jarang saya mendengar kesan yang enak di dengar tentang kota ini
(Ini realistis saja yaa, berdasarkan pengalaman emang). Setidaknya ada yang
berkata kalau di tempat ini, khususnya Merauke itu banyak orang Bugis Makassar.
Yaah, lumayan lega sedikit mendengar banyak teman sekampung pergi merantau
bersama 😊.
Orang-orang
selalu saja menjudge ini itu, bla bla blaa tanpa pernah mencari tahu
fakta yang sebenarnya ataupun pernah berkunjung ke tempat tersebut.
Sekalian saya ingin meluruskan pernyataan-pernyataan itu berdasarkan
pengalaman singkat saya di kota Merauke ini. Untuk warna kulit dan jenis rambut
itu adalah hal yang mutlak. Suku asli
Papua memang mempunyai ciri khas warna kulit gelap dan rambut yang bergelombang
atau ikal. Indonesia merupakan negeri dengan kekayaan budaya yang sangat
beragam, jadi kalau mau cari kulit putih, coklat, sawo matang, kuning langsat
hingga hitam. Rambut lurus, berombak, keriting. Semua ada di Indonesia. Ya,
itulah Indonesiaku.
Source: https://politik.rmol.co/read/2016/11/29/270510/Jokowi-Harus-Jaga-Kedaulatan-dan-Pertahankan-Papua-Barat- |
Untuk cuaca, karena saya asalnya dari daerah timur juga jadi tidak beda jauh dengan cuaca di sini. Di sini dalam konteks tulisan ini adalah kota Merauke yaa. Saya tidak bisa men-generalisasi seluruh Papua karena tiap daerah pasti punya perbedaaan masing-masing tapi mungkin secara umum tidak beda jauh lah yaa. Di Merauke cuacanya tidak jelas sih, kadang tiba-tiba hujan, kadang panas. Jadi, harus jaga kesehatan baik-baik di sini. Oiya, siapa bilang di sini panas???? Di sini katanya kalau musim hujan itu dingiin sekalii, kata warga sini itu angin dinginnya Australia terbawa hingga ke Merauke hahahaha. Maklum, kalau berdasarkan peta memang jarak antara Merauke dengan daerah Australia itu sangatlah dekat.
Next. Nah, ini hal yang paling banyak
dibicarakan orang-orang bahwa hidup di Papua itu biaya hidupnya sangat mahal.
Benarkah demikian ???? Kalau masalah harga sebenarnya relatif sih dari sudut pandangnya orang berbeda-beda but I can say No and I can say Yes, it depends on where u stay. Kalau
di sini itu, biaya hidup sebelas dua belas dengan Makassar. Siapa bilang mi
instan di sini harganya sampai berkali-kali lipat?? Sama harganya dengan di Makassar.
Bahkan lebih murah malah. Kue-kue saja harganya cuman seribu. Kalau di Makassar
mah mana ada sekarang kue harganya seribu,yang ada sekarang lima ribu dapat
empat biji. Nah di sini itu, rata-rata harga kuenya sama, seribu rupiah, walaupun ada juga yang dua ribuan sih. Untuk
beras sendiri harganya masih di batas normal sekitar 9-12 ribu rupiah per
liter. Sekedar sharing sedikit, waktu pertama kali ke sini itu, dari rumah di
suruh bawa beras sama ibu karena katanya di sini serba mahal. Eh, tau-taunya
sampai disini harga berasnya tidak jauh beda dengan yang
di Makassar hahaha.
Eits, kalau yang mahal ada juga sih. Kontrakan
di sini rata-rata di atas sejuta per bulan. Karena orang sini buatnya bukan per
kamar tapi berbentuk rumah kecil, yang di dalamnya ada ruang tamu, dua kamar
dan dapur. Jadi wajar saja kalau harganya agak mahal. Mungkin karena banyak
yang berkeluarga kali jadi dibuatnya agak luas. Pakaian juga di sini lumayan
mahal, bisa sampai berkali-lipat lah. Buah juga salah satu yang mahal di
Merauke karena katanya banyak yang berasal dari luar papua, jadi berat di ongkir
kali 😊
Untuk sinyal yaa saya akui kadang beramasalah
sih tapi tidak selalu. Itupun, masalah jaringan ini baru muncul dua tahun
belakangan. Saat pertama kali tiba di Merauke, kaget sendiri ternyata
jaringannya 4G dan lancar sekalii. Tapi, tidak lama kemudian sinyal hilang
total bahkan untuk sms atau telepon pun tidak bisa. Jaringan kemudian muncul
keesokan harinya tapi hanya untuk via sms dan telefon saja. Untuk internetan
masih susah. Pihak telkomsel memang mengakui adanya gangguan kabel optik bawah
laut dan kita tidak tau jaringan itu kapan membaiknya. Jadi, kalau mau ke
Merauke harus siapkan mental untuk puasa sosmed dulu. Beruntung kalau datang
ketika jaringan sudah baik. Terakhir saya dengar, jaringan itu bermasalh selama
dua bulan. Lumayan juga itu hahaha. Kalau mau coba hidup tanpa sosmed, silakan
ke Merauke. Tapi, setelah hilangnya jaringan di bulan Mei itu, Alhamdulillah
jaringan baik-baik saja sampai sekarang, jadi mau youtube, video call sudah lancaar
dan amaan.
Secara keseluruhan, selama tinggal beberapa bulan
disini, Merauke adalah kota yang lumayan aman walaupun ada beberapa hal memang
yang harus diwaspadai, makanan halal juga mudah didapat, mesjid juga mulai
banyak di sini, ada mesjid raya nya lagi. Yaps, jangan pernah menjudge sebelum
mencari tau kebenarannya. Papua khususnya Merauke tidak seburuk yang kalian
kira, guys.
Tunggu #CeMar ku selanjutnyaa 😊
Comments
Post a Comment