Saat itu kau dan aku duduk saling berhadapan
tapi dalam jarak yang cukup jauh. Entah mengapa, dirimu selalu memalingkan
wajah kepadaku, bukan untuk menghindar, tapi untuk memandangku kembali. Pipiku
mulai kemerahan, kau melakukannya berkali-kali. Jika kuhitung dalam hitungan
waktu, setiap menit kau melakukannya tiap kita bertemu. Fokusmu pun tidak
terlepas dari diriku. Entah adakah sesuatu yang aneh pada diri ku ataukah
memang kau..... Ah, itu masih sebuah misteri. Aku tahu diary, ini mungkin suatu
hal yang mustahil. Ketika langit dan bumi ingin disatukan. It’s impossible. Aku
hanyalah sebuah bumi yang hanya berputar mengikuti lajur yang sudah ditentukan.
Hidup selayaknya orang biasa, tapi kamu adalah langit yang tak mungkin menyatu
dengan bumi, bersentuhan pun tidak. Langit selalu membutuhkan bintang-bintang
menawan dan kau telah memilikinya berkali-kali. Aku tahu itu. Aku hanyalah bumi
yang terbuat dari tanah, air dan udara. Tak berkilau dan tak menawan.
Tadi pagi, matamu dan mataku saling berpapasan. Mungkin hanya beberapa
detik tapi intensif. Pernah sesekali kau menatapku selama 10 detik, waktu yang
cukup lama bagiku.
Aku pernah bersamamu melihat indahnya salah satu keajaiban dunia yang
selalu diimpikan oleh pasangan-pasangan romantis, Menara Eiffel. Tiba-tiba aku
terbangun dan ternyata itu hanyalah sebuah mimpi belaka. Mimpi yang berulang.
Hatimu dan hatiku masih menyimpan beribu rahasia. Kau mungkin bukan
jodohku, tapi momen ini akan selalu ku kenang hingga seseorang datang untuk
mengajakku bersama selamanya. Entah itu dirimu, ataupun dirinya”
Kutipan cerpen You're My Name
Comments
Post a Comment